Beberapa waktu yang lalu, baru saja digelar Sidang Paripurna DPR. Mungkin semua sudah tahu, sidang tersebut berlangsung rusuh. Secara tersirat, sidang itu menunjukkan ruwetnya 'wajah' demokrasi di Indonesia. Bukan rusuhnya sidang maupun ribetnya demokrasi Indonesia yang akan dibahas diartikel ini. Tapi, tingkah laku para wakil rakyat yang duduk di lembaga-lembaga pemerintahan.
LautanKata
Dalam sidang tidak ada lagi rasa persatuan antar anggota DPR sebagai wakil rakyat atau warga negara Indonesia. Mereka terpecah-pecah dalam fraksi-fraksi yang masing-masing memiliki pendapat yang berbeda. Yang lebih parah, tiap fraksi seperti tidak sebagai wakil rakyat, tetapi sebagai wakil partai. Sehingga mereka terlihat "bukan sebagai wakil rakyat, tapi sebagai wakil partai".
Mengenaskan! Jika benar-benar demikian, Ideologi mereka akan melenceng dari ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia, ideologi Pancasila. Jika ditelusuri lebih lanjut, masyarakat Indonesia seperti tidak peduli akan sebuah ideologi, ideologi Pancasila khususnya.
Inilah dampak dari rusaknya moral anak bangsa. Patriotisme dan nasionalisme juga ikut tergerus seiring rusaknya moral. Lalu bagaimana dengan anak sekolah? Inilah yang perlu dibenahi. Lembaga-lembaga pendidikan negeri ini telah menomor duakan pembelajaran terhadap akhlak pelajarnya. Hal ini ditandai dengan maraknya kerusuhan antar pelajar atau mahasiswa.
LautanKata
Menjadi PR kita semua untuk mengubah sistem yang salah jalur ini. Lembaga-lembaga pendidikan sudah seharusnya tidak hanya menelurkan lulusan yang berperestasi, tetapi juga dibekali dengan pendidikan moral yang baik. Mungkin dengan ini kerusuhan antar pelajar atau mahasiswa dapat terhentikan, korupsi- korupsi di lembaga pemerintahan, khususnya DPR, dapat dikurangi.
Oleh Jannu A. Bordineo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.