Lelaki tua itu sudah satu jam duduk di situ. Duduk sendirian di bangku panjang yang menghadap ke air mancur di tengah taman. Seorang anak lelaki kecil memperhatikannya dari tadi, sembari bermain bola bersama teman-temannya.
LautanKata
Ketika hari bertambah sore. Anak-anak yang tadi bermain bola sudah bubar. Pulang ke rumahnya masing-masing. Suasana taman juga semakin lenggang. Hanya tampak beberapa pasang pemuda pemudi yang sedang bermesraan, memanfaatkan kelenggangan taman.
Lelaki tua itu?
Masih duduk tenang di bangku. Anak lelaki yang tadi memperhatikannya kini sedang mencuci tangan di air mancur. Sesekali memperhatikan lelaki tua itu yang tanpa di sadarinya tahu kalau sedang diperhatikan.
Tergerak oleh rasa ingin tahunya, anak lelaki itu mendekati lelaki tua itu dan duduk di salah satu ujung bangku. Lelaki tua itu tampak tak merasa terganggu.
Satu menit...
Dua menit...
Tiga menit...
LautanKata
Tak terjadi apa-apa. Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Bahkan lelaki tua itu seperti tidak menghiraukan kehadiran anak kecil itu. Entah apa yang sedang di perhatikan olehnya.
Setelah lima menit, anak lelaki itu akhirnya bertanya pada lelaki tua itu karena tidak tahan akan rasa ingin tahunya sendiri, sekaligus membuka pembicaraan antara keduanya.
"Apa yang sedang kau perhatikan, kek?"
Lelaki tua itu tidak langsung menjawab, tapi memandang sejenak ke anak lelaki itu. Raut wajahnya tampak tenang.
"Tidak ada," jawabnya singkat, sambil mengalihkan pandangan ke lain hal.
"Lalu, apa yang kamu lakukan?" Tanya anak lelaki itu lagi.
"Menunggu!!" Ucap lelaki tua itu.
Anak lelaki itu semakin penasaran. "Menunggu? Menunggu apa?"
Lelaki tua itu menghela nafasnya. Kemudian memandang anak lelaki itu lekat-lekat.
"Menunggu bila saatnya tiba."
Anak lelaki itu terlihat bingung. Tidak mengerti apa yang di maksud oleh lelaki tua itu.
Hari bertambah petang. Kini suasana taman sudah benar-benar sepi. Tinggal mereka berdua saja yang tersisa. Mengetahui hal ini dan juga kebingungan anak kecil itu, lelaki tua itu memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan dengan anak kecil itu.
"Suatu saat kamu akan mengerti apa yang saya maksudkan. Sekarang, pulanglah! Hari sudah petang. Ibumu mungkin mengkhawatirkanmu," kata lelaki tua itu, lebih seperti menasehati. Dan kemudian dia beranjak pergi, meninggalkan anak lelaki itu yang juga mulai beranjak pergi dengan arah berlawanan dengan lelaki tua itu.
LautanKata
Sambil melangkah, anak lelaki itu menoleh untuk melihat arah perginya lelaki tua itu. Tapi, tidak ada siapa-siapa yang terlihat olehnya. Begitu juga lelaki tua itu. Seakan-akan hilang ditelan oleh kesunyian taman. Perlahan-lahan timbul rasa takutnya. Bergegas dia meninggalkan taman itu untuk pulang dengan menyisakan seribu tanda tanya di kepala.
Cerpen oleh Jannu A. Bordineo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.