Saat ini sedang liburan sekolah. Tapi, tidak untuk Aan dan dua orang temannya, Wira dan Adnan, juga puluhan atau bahkan ratusan anak-anak yang baru lulus SMP lainnya yang akan mendaftar di jenjang yang lebih tinggi. Sehingga, meski sedang liburan, aktifitas di sekolah-sekolah masih terlihat ramai.
LautanKata
Pagi-pagi sekali tiga anak itu sudah berada di sekolah yang mereka minati. Hari ini jadwalnya mereka akan melalui tes kesehatan. Karena ketiganya mendaftar di sebuah SMK, maka tes kesehatan adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Aan dan Adnan terlihat santai saja. Sedangkan Wira sepertinya kurang semangat.
Di ruang kesehatan sudah banyak anak-anak lain yang datang duluan. Jam 7 tes kesehatan dimulai. Anak-anak yang mendaftar harus menanggalkan kemeja dan sepatunya hingga menyisakan celana osisnya saja. Hal ini untuk melihat, apakah ada tato atau bekas tindikan. Jika ada maka dinyatakan gugur dan tidak diterima. Selain itu untuk mendapatkan hasil yang tepat dari berat dan tinggi badan.
LautanKata
"Wira mana?" tanya Aan pada Adnan. Tiba-tiba saja Wira menghilang entah kemana. Padahal nomor pendaftaran yang dipanggil semakin mendekati nomor mereka yang urut satu sama lain dan yang terdahulu adalah nomor pendaftaran milik Wira.
"Nggak tahu!" jawab Adnan singkat sambil melihat ke sekeliling.
Aan dan Adnan mulai mencari-cari keberadaan temannya. Tanpa mereka sadari nomor urut Wira dipanggil dan seketika terdengar tawa keras dari anak-anak lainnya. Aan dan Adnan tidak tahu apa yang ditertawakan oleh anak-anak itu. Salah seorang anak ada yang meneriakkan "tato macan".
Mereka berdua akhirnya tahu apa yang ditertawakan anak-anak lainnya setelah melihat seorang anak yang baru masuk ke dalam ruang kesehatan. Punggungnya penuh dengan bekas kerokan yang membentuk motif seperti loreng macan. Dan anak itu ternyata adalah Wira teman mereka.
LautanKata
Setelah selesai menjalani tes kesehatan, Wira kembali di sambut gelak tawa begitu keluar dari ruang kesehatan.
"Tatonya bagus juga!" ejek Adnan.
"Mau? Beli di pasar, seribu tiga!" jawab Wira ketus sambil buru-buru memakai kembali kemejanya.
Aan dan Adnan semakin tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah polah Wira.
Cerpen oleh Jannu A. Bordineo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.