PRAAKKK!!!!
Dengan sisa-sisa tenaga aku berhasil meraih entah benda apa, lalu memukulkan ke makhluk cantik itu. Usahaku sepertinya berhasil. Makhluk itu menghentikan kegiatannya. Namun, setelah itu mengangkat tubuhku dan dilemparkannya dengan keras ke dinding.
Aku hanya bisa mengerang tertahan. Sedangkan darah segar, dari luka di tanganku akibat jahitan yang terbuka maupun bekas selang infus yang tercabut paksa, terciprat ke seluruh ruangan. Aku sendiri bermandi darahku sendiri yang keluar dari dua luka kecil di leherku.
Lautan Kata
Dengan sempoyongan aku bangkit berdiri, dan bersandar pada dinding. Kulihat makhluk itu menatapku penuh amarah. Geraman yang dalam terdengar dari tenggorokannya. Mulutnya penuh dengan lumeran darahku dan kulihat juga dua taring mungil yang tadi menghujam urat-urat nadiku.
Makhluk itu melesat ke arahku, tapi reflek aku mengayunkan tinju. Kena... dan tidak berpengaruh sama sekali selain membuat makhluk itu semakin murka. Kini kukunya yang tajam menyayat tubuhku. Aku semakin sempoyongan. Tak mampu merasakan apa-apa lagi.
Lautan Kata
Kembali makhluk itu merengkuhku dan menancapkan taringnya. Sudah jelas. Dia akan menuntaskan acara makannya. Dan berarti tuntas juga hidupku.
Namun, tak disangka-sangka. Suara gaduh diluar mengalihkan perhatian makhluk itu. Yang segera melesat pergi meninggalkanku yang lemas nyaris kehabisan darah.
Lautan Kata
Aku terjatuh menghempas lantai. Kesadaranku mulai timbul-tenggelam.
Apa aku benar-benar selamat? tanyaku pada diri sendiri sebelum titik cahaya terakhir menghilang bersama kesadaranku yang juga hilang.
Cerbung oleh Jannu A. Bordineo
Bagian 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah yang santun dan sesuai dengan isi tulisan.