Cerpen oleh Jannu A. Bordineo
Senja itu terlihat Dadung yang berjalan tergesa-gesa. Sarung yang diselempangkan di badannya sampai berkibar-kibar. Tidak biasanya dia pulang dari ladang kemalaman.
Untuk mempersingkat jarak, Dadung melewati jalan setapak sempit yang tembus ke belakang rumahnya. Dadung menghentikan langkahnya saat dilihatnya ada seekor ayam jago yang sedang mengais-ngais tanah di pinggir jalan setapat yang dilaluinya.
Untuk mempersingkat jarak, Dadung melewati jalan setapak sempit yang tembus ke belakang rumahnya. Dadung menghentikan langkahnya saat dilihatnya ada seekor ayam jago yang sedang mengais-ngais tanah di pinggir jalan setapat yang dilaluinya.
Lautan Kata
"Eh, ayam siapa ini? Kok masih di luar senja-senja begini?"
Penasaran, Dadung mengamati dengan seksama ayam itu. Cukup lama dia mengamati, sampai memutuskan bahwa itu bukan ayam milik siapapun yang dia kenal.
"Lumayanlah, rejeki," simpul Dadung seraya menangkap ayam itu dan membungkusnya ke dalam sarung.
Setelah itu Dadung kembali berjalan pulang dengan membawa serta ayam yang ditemukannya.
"Hore, hore, aku digendong!"
Penasaran, Dadung mengamati dengan seksama ayam itu. Cukup lama dia mengamati, sampai memutuskan bahwa itu bukan ayam milik siapapun yang dia kenal.
"Lumayanlah, rejeki," simpul Dadung seraya menangkap ayam itu dan membungkusnya ke dalam sarung.
Setelah itu Dadung kembali berjalan pulang dengan membawa serta ayam yang ditemukannya.
"Hore, hore, aku digendong!"
Lautan Kata
Dadung menghentikan langkahnya saat mendengar itu. Dadung mempertajam pendengarannya.
"Hore, aku digendong!"
Suara itu terdengar ceria. Tapi mendengarnya, Dadung tidak enak perasaannya karena suara itu berasal dari bungkusan ayam yang digendongnya.
Perlahan-lahan, dan dengan tangan yang gemetaran, Dadung memeriksa isi sarungnya.
"Terima kasih, ya, aku sudah digendong!"
Di dalam bungkus sarungnya, yang tadi berisi ayam, sekarang berganti menjadi kepala manusia berlumuran darah dan tersenyum cengengesan.
Sumber gambar
"Hore, aku digendong!"
Suara itu terdengar ceria. Tapi mendengarnya, Dadung tidak enak perasaannya karena suara itu berasal dari bungkusan ayam yang digendongnya.
Perlahan-lahan, dan dengan tangan yang gemetaran, Dadung memeriksa isi sarungnya.
"Terima kasih, ya, aku sudah digendong!"
Di dalam bungkus sarungnya, yang tadi berisi ayam, sekarang berganti menjadi kepala manusia berlumuran darah dan tersenyum cengengesan.
Lautan Kata
Dadung yang terkejut dan ketakutan, spontan melemparkan sarungnya. Setelah itu dia lari terbirit-birit sembari berteriak seperti orang gila. Sedangkan hantu kepala yang usil itu melayang-layang dan tertawa cekikikan.Sumber gambar
bagus gan cerpennya ;)
BalasHapuspadahal absurd, lho! :)
Hapus