Tahun 1609, orang-orang Banda menyerang pasukan Kompeni Belanda pimpinan Pieterszoon Verhoeven yang datang hendak menguasai pulau tersebut untuk memonopoli perdagangan pala dan fuli yang bernilai tinggi yang pada saat itu hanya tumbuh di Kepulauan Banda.

Tahun 1621, Jan Pieterzoon Coen yang pada tahun 1609 lolos dari penyerangan, berhasil menuntaskan perintah 17 Tuan Iblis (Heeren Zeventien¹) untuk menjajah Banda. Dalam upayanya untuk menguasai Banda, Mur Jangkung tidak cukup sekadar menyerang dan menduduki pulau tersebut, tetapi juga melakukan genosida terhadap penduduk Banda untuk memuluskan jalan memonopoli perdagangan pala, selain juga untuk membalas dendam atas penyerangan 12 tahun sebelumnya.

Pertanyaannya: apakah kamu mau menyalahkan orang-orang Banda atas genosida yang terjadi karena pada tahun 1609 mereka menyerang pasukan Kompeni; lalu mendukung dan membela tindakan penjajah Belanda yang melakukan pembersihan etnik pada penduduk asli Kepulauan Banda? Insan manapun yang masih memiliki hati nurani di dalam dirinya tentu menjawab "tidak".

Tanpa adanya penyerangan di tahun 1609 pun genosida itu pasti terjadi karena itu sejalan dengan perintah para pemimpin Kompeni (17 Tuan Iblis) untuk memenangi pulau-pulau penghasil cengkeh dan pala, baik melalui perundingan maupun kekerasan.

Pada akhirnya, di mana pun mereka menduduki tanah orang, penjajah selalu membawa watak yang sama; bengis dan tamak. Sudah sepatutnya kita tentang!

(16 November 2023)

¹Heeren Zeventien secara harfiah berarti 17 Tuan. Sengaja aku tambahi Iblis, karena memang begitulah adanya mereka bagi rakyat Nusantara.